Materi Daring
Kelas VIII
Daring (Dalam
Jaringan Pertemuan 4)
Bismillah
Assalaamualaikum
Wr.Wb.
Alhamdulillah,
marilah kita panjatkan selalu puja-puji serta syukur kepada Allah yang telah
memberikan kita nikmat sehat dan nikmat iman islam.
Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan kita selaku umat.
Selamat
pagi menjelang siang anak-anak, dan para pembaca yang budiman dimanapun kalian
berada. Seperti biasa pada pagi hari ini bapak akan memberikan materi yang berkaitan dengan mata pelajaran IPS, maka
dari itu silahkan baca sampai akhir ya. Sempatkanlah waktu 7 menit untuk
membaca tulisan di bawah ini. Insya Allah, bermanfaat.
Oh
iyaa usai membaca, silahkan ringkas materi ini jangan terlalu panjang
maksimal 1 halaman saja. Kemudian foto catatannya dan kirim ke WA bapak.
Terimakasih...
3) Perang
Diponegoro (1825-1830)
Pernahkah
kalian melihat foto atau lukisan di atas? Lukisan tersebut merupakan karya
pelukis legendaris Raden Saleh. Gambaran dalam lukisan tersebut menjelaskan
bagaimana kegagalan perundingan Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang
berakibat ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Belanda. Hal ini membuktikan
kelicikan Belanda dalam menghadapi bangsa Indonesia.
Perang
Diponegoro merupakan salah satu perang besar yang dihadapi Belanda. Perlawanan
Pangeran Diponegoro tidak lepas dari kegelisahan dan penderitaan rakyat akibat
penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda. Campur tangan pemerintah
Hindia Belanda dalam urusan Keraton Yogyakarta merupakan salah satu penyebab
kegelisahan rakyat. Pajak-pajak yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda dan
kebijakan ekonomi lainnya menjadi sumber penderitaan rakyat, yang ikut juga
melatarbelakangi Perang Diponegoro.
Salah satu bukti campur tangan politik
Belanda adalah dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta terjadi ketika pada
tahun 1822 Hamengkubuwono IV wafat. Di dalam keraton muncul perselisihan
tentang penggantinya.
Saat itu, putra mahkota baru berumur 3 (tiga) tahun. Keadaan ini menjadi
kesempatan bagi Belanda untuk campur tangan dalam urusan kerajaan. Beberapa
tindakan Belanda yang dianggap melecehkan harga diri dan nilai-nilai budaya masyarakat
menjadi penyebab lain kebencian rakyat kepada Belanda.
Berbagai
kegelisahan dan penderitaan yang lama berlangsung dipicu oleh berbagai
peristiwa yang membuat rakyat marah. Sebagai contoh, saat membangun jalan baru
pada bulan Mei 1825, Belanda dan Patih Danurejo memasang patok-patok pada tanah
leluhur Diponegoro. Terjadi perselisihan saat pengikut Diponegoro Patih Danureja
IV mencabuti patok-patok tersebut. Belanda segera mengutus serdadu untuk
menangkap Pangeran Diponegoro. Perang tidak dapat dihindarkan. Pada tanggal 20
Juli 1825, Tegalrejo yang menjadi basis pengikut Diponegoro direbut dan dibakar
Belanda.
Diponegoro
meninggalkan kota dan menyusun strategi perlawanan di luar Kota Yogyakarta.
Perang Jawa dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir Belanda. Perlawanan
tersebut menular sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Belanda berusaha membujuk
para pejuang dengan memulangkan Hamengkubuwono II dari pengasingannya di Ambon.
Namun, langkah ini gagal memadamkan perlawanan. Selanjutnya, Belanda menerapkan
siasat Benteng-Stelsel. Dengan sistem ini, Belanda mampu memecah belah jumlah
pasukan musuh. Belanda berhasil menangkap Kyai Maja dan Pangeran Mangkubumi. Belanda
kemudian juga berhasil meyakinkan panglima Sentot Prawiryodirjo untuk membuat
perjanjian perdamaian.
Pada
bulan Maret 1830, Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di
Magelang, Jawa Tengah. Perundingan tersebut hanya sebagai jalan tipu muslihat
karena ternyata Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian ke
Makassar hingga wafat tahun 1855. Setelah berakhirnya Perang Jawa (Diponegoro),
tidak ada lagi perlawanan
yang
besar di Jawa.
Tonton Video di Bawah ini!!!
4) Perang Aceh
Perhatikan
Gambar 4.22! Pohon Kohler di depan Masjid Baiturrahman Banda Aceh! Tahukah
kalian mengapa pohon tersebut disebut pohon Kohler? Penamaan pohon Kohler ada
hubungannya dengan perjuangan rakyat Aceh dalam menentang kolonialisme Belanda.
Bagaimana kisahnya, uraian berikut ini akan membantumu menemukan jawaban
Traktat
London tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka kepada Inggris, dan
Belanda mendapat hak atas Aceh. Berdasarkan traktat tersebut, Belanda mempunyai
alasan untuk menyerang istana Aceh. Saat itu, Aceh masih merupakan negara
merdeka. Belanda juga membakar Masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan
Aceh 5 April 1873. Semangat jihad (perang membela agama Islam) menggerakkan
perlawanan rakyat Aceh. Jendral Kohler terbunuh saat pertempuran di depan
Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Kohler meninggal dekat dengan pohon yang
sekarang diberi nama Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelseldengan sistem
bertahan dalam benteng besar oleh Belanda tidak berhasil. Belanda semakin
terdesak, korban semakin besar, dan keuangan terus terkuras.
Belanda
sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan rakyat Aceh.
Menyadari hal tersebut, Belanda mengutus Dr. Snouck Hurgronje yang memakai nama
samaran Abdul Gafar. Sebagai seorang ahli bahasa, sejarah, dan sosial Islam, ia
dimintai masukan atau rekomendasi tentang cara-cara mengalahkan rakyat Aceh.
Setelah lama belajar di Arab, Snouck Hurgronje memberikan saran-saran kepada
Belanda mengenai cara mengalahkan orang Aceh. Menurut Hurgronje, Aceh tidak
mungkin dilawan dengan kekerasan, sebab karakter orang Aceh tidak akan pernah
menyerah. Jiwa jihad orang Aceh sangat tinggi. Taktik yang paling mujarab
adalah dengan mengadu domba antara golongan Uleebalang(bangsawan) dan kaum
ulama. Belanda menjanjikan kedudukan pada Uleebalang yang bersedia damai.
Taktik ini berhasil, banyak Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda.
Belanda memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalangapabila kaum ulama dapat
dikalahkan.
Sejak
tahun 1898, kedudukan Aceh semakin terdesak. Banyak tokohnya yang gugur. Teuku
Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan Aceh Mohammad
Daudsyah
ditawan
pada tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal di Batavia. Panglima Polem
Mohammad Daud juga menyerah pada tahun 1903. Cut Nyak Dien, tokoh pemimpin perempuan,
ditangkap tahun 1906, kemudian diasingkan ke Sumedang. Pahlawan perempuan Cut
Meutia gugur pada tahun 1910. Perlawanan Aceh pun terus menyusut. Hingga tahun
1917, Belanda masih melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa perlawanan Aceh.
Belanda mengumumkan berakhirnya Perang Aceh pada tahun 1904. Namun demikian, perlawanan
seporadis rakyat Aceh masing berlangsung hingga tahun 1930an.
Tonton Video di Bawah ini!!!
Sumber Referensi
Materi : Indonesia.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Judul Buku/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.- Edisi Revisi Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
0 komentar:
Posting Komentar