Mater
Daring Kelas VIII
Daring
(Dalam Jaringan Pertemuan 3)
Bismillah
Assalaamualaikum
Wr.Wb.
Alhamdulillah,
marilah kita panjatkan selalu puja-puji serta syukur kepada Allah yang telah
memberikan kita nikmat sehat dan nikmat iman islam.
Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan kita selaku umat.
Selamat
pagi menjelang siang anak-anak, dan para pembaca yang budiman dimanapun kalian
berada. Seperti biasa pada pagi hari ini bapak akan memberikan materi, maka
dari itu silahkan baca sampai akhir ya. Sempatkanlah waktu 7 menit untuk
membaca tulisan di bawah ini. Insya Allah, bermanfaat.
Masih
materi tentang sejarah, untuk kali ini kita akan kembali ke masa ketika para
pahlawan yang dahulu melawan para penjajah demi membebaskan rakyat dari
kesewenang-wenangan.
b.
Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda
Perhatikan
gambar Masjid Agung Aceh di atas! Bagi masyarakat Aceh, Masjid Aceh tersebut
merupakan masjid bersejarah yang terkait erat dengan semangat perjuangan
masyarakat Aceh. Bukan sekadar tempat ibadah kebanggaan masyarakat, masjid
tersebut merupakan simbol perjuangan rakyat Aceh menentang imperialisme Barat.
Masjid tersebut menjadi salah satu benteng perjuangan rakyat melawan Belanda.
Perlawanan
terhadap pemerintah Hindia Belanda terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Abad XIX merupakan puncak perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
menentang Pemerintah Hindia Belanda. Kegigihan perlawanan rakyat Indonesia
menyebabkan Belanda mengalami krisis keuangan untuk membiayai perang.
Perlawanan di berbagai daerah tersebut belum berhasil membuahkan kemerdekaan.
Semua perlawanan dipadamkan dan kerajaan-kerajaan di Indonesia semakin
mengalami keruntuhan. Bagaimana proses perlawanan rakyat Indonesia abad XIX?
Kalian akan menelusuri sebagian perlawanan tersebut melalui uraian di
bawah
ini.
1)
Perang Saparua di Ambon
Kalian
masih ingat kekuasaan Inggris yang menggantikan Belanda pada tahun 1811-1816?
Peralihan kekuasaan tersebut menyadarkan rakyat bahwa Belanda bukanlah kekuatan
yang paling hebat. Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia tahun 1817,
rakyat Ambon mengadakan perlawanan, di bawah pimpinan Thomas Matulesi
(Pattimura). Pattimura memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil merebut
benteng Belanda serta membunuh Residen van den Berg. Dalam perlawanan tersebut,
turut serta pula seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu yang
merupakan putri tunggal dari Paulus Tiahahu, teman dari Kapten Pattimura. Perlawanan
Pattimura dapat dikalahkan setelah bantuan Belanda dari Batavia datang.
Pattimura bersama tiga pengikutnya ditangkap dan dihukum gantung.
Tonton Video di Bawah ini
2)
Perang Paderi di Sumatra Barat (1821-1838)
Perhatikan
gambar Benteng Fort de Kock! Benteng tersebut merupakan saksi betapa sengitnya
perlawanan kaum Padri terhadap pemerintah Hindia Belanda. Di manakah meletusnya
Perang Padri? Bagaimana latar belakang dan proses Perang Padri?Minangkabau,
Sumatra Barat merupakan salah satu pusat gerakan kebangkitan Islam di
Indonesia. Gerakan pemurnian ajaran Islam dibawa oleh para haji yang pulang
dari Mekah. Tokohnya adalah Haji Miskin, Haji Sunanik, dan Haji Piobang.
Kelompok pembaharu Islam di Sumatra Barat ini disebut sebagai kaum Padri.
Mereka terpengaruh oleh para pembaharu Islam di Timur Tengah, dan menggelorakan
semangat kembali pada kebangkitan Islam.Ide pembaharuan Kaum Paderi berbenturan
dengan kelompok adat atau kaum penghulu. Belanda memanfaatkan perselisihan
tersebut dengan mendukung kaum adat yang posisinya sudah terjepit. Perlawanan
kaum Padri dengan sasaran utama Belanda meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin
Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku
nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil membuat Belanda terpojok. Sementara
itu, Belanda menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830). Belanda
sadar apabila pertempuran dilanjutkan, Belanda akan kalah. Belanda pun mengajak
kaum Padri berdamai, yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825.
Selanjutnya, Belanda berkonsentrasi ke Perang Diponegoro.
Belanda
berhasil memadamkan perlawanan Diponegoro. Setelah itu, Belanda kembali
melakukan penyerangan terhadap kedudukan Padri. Kaum adat yang semula
bermusuhan dengan kaum Padri akhirnya mendukung perjuangan Padri. Bantuan dari
Aceh juga datang untuk mendukung pejuang Padri. Belanda benar-benar menghadapi
musuh yang tangguh.
Belanda
menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit
tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya.
Dengan siasat tersebut, Belanda akhirnya menang, yang ditandai dengan jatuhnya
benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol
ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di
Menado hingga wafat tahun 1864. Berakhirnya Perang Padri membuat kekuasaan
Belanda di Minangkabau semakin besar. Keadaan ini kemudian mendukung usaha
Belanda untuk menguasai wilayah Sumatra yang lain.
Tonton Video di Bawah Ini!
Sumber Referensi
Materi : Indonesia.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Judul Buku/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.- Edisi Revisi Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
Sudah di baca
dan di tonton? Kemudian silahkan kerjakan kuis yang sudah bapak buat. selamat
mengerjakan dan berkompetisi! klik tulisan "KUIS" di bawah ini!!!
0 komentar:
Posting Komentar