Respect The Planet Earth

Berkelana ke Negeri Seberang

  • KKL BROMO - BALI
  • KKL Dieng - Cilacap
  • Kabupaten Pangandaran
  • Kabupaten Pangandaran
  • KKL Dieng - Cilacap
  • Observasi Lapangan
  • Geo Track
  • Geo Track
  • KKL Dieng - Cilacap
  • Touring Garut
  • Touring Garut
  • KKL Dieng - Cilacap
  • KKL Dieng - Cilacap
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Lembang - Bandung
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Karangsambung
  • KKL Bromo - Bali
  • KKL Bromo - Bali
  • Wisata Religi Cirebon
  • Wisata Religi Cirebon
  • Studi Obsevasi Wisata Adat & Budaya
  • KKL Dieng - Cilacap
  • Rekreasi - MTs Mathlab
  • Rekreasi - MTs Mathlab
  • MTs Mathlabussa'adah
  • MTs Mathlabussa'adah
  • Bandung
Selasa, 18 Maret 2014

Terungkap, Detik-detik Terbentuknya Alam Semesta

VIVAnews - Para astronom telah merilis temuan yang mengesankan terkait proses kelahiran alam semesta. Tim peneliti antariksa dari Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics di Massachusetts, AS, berhasil mendeteksi masa terawal setelah munculnya Big Bang, proses tabrakan hebat yang melahirkan alam semesta sekitar 13,8 miliar tahun silam.

Melansir Daily Mail, Selasa 18 Maret 2014, peneliti berhasil mendeteksi gelombang gravitasi dari sepermiliar sepertriliun picosecond usai terjadinya Big Bang. Hampir tak terbayangkan, untuk diketahui satu picosecond sama dengan sepertriliun detik.

Disebutkan gelombang gravitasi pertama itu dapat mendukung pengetahuan manusia tentang kelahiran alam semesta.

Tidak mudah untuk mendapatkan gelombang gravitasi pada masa terawal usai peristiwa Big Bang. Peneliti menggunakan detektor radiasi super sensitif dan kemudian memasangkan teleskop radio BICEP2 di Kutub Selatan. Fasilitas ini sudah bekerja sejak sembilan tahun lalu.

Setelah hampir satu dekade berjalan, peneliti kemudian menemukan titik terang pencarian. Mereka berhasil menemukan pola-pola berputar pada radiasi berlatar belakang kosmik yang tercipta dari gelombang gravitasi yang disebabkan awal pembentukan alam semesta.

Sontak saja temuan gelombang gravitasi terawal usai Big Bang itu menggemparkan dunia fisika.

"Ini sungguh luar biasa. Ini mengonfirmasi ide yang aneh. Selanjutnya, sudah lebih jelas untuk dikonfirmasi dengan teknologi lain," ujar Profesor Peter Ade, peneliti yang membantu membangun instrumen pendeteksi gelombang.

Ade pun mengatakan, peneliti di balik temuan ini sangat pantas mendapatkan Nobel Fisika.

"Ini yang saya sebut sebagai pemenang Nobel fisika. Yang perlu diperdebatkan hanyalah siapa yang pantas mendapatkan nobel," ujar dia.

Temuan akan duji oleh peneliti dan ahli lain untuk memantapkan temuan.

Sejauh ini, teori mencatat usai Big Bang, alam semesta merupakan partikel seperti sup panas. Butuh waktu sekitar 380 ribu tahun untuk mendinginkan partikel yang kemudian membentuk atom. Setelah atom terbentuk kemudian muncul galaksi dan bintang-bintang.

Berjalan miliaran tahun, barulah muncul planet-planet yang terbentuk dari gas dan debu. Seiring terbentuknya planet maka bagian kecil alam semesta mulai terbentuk dan kian menyebar.
 
Gambaran teori Big Bang. (ESA)

Dengan demikian, temuan astronom itu sangat istimewa dalam upaya menguak proses terbentuknya alam semesta. Menariknya lagi, dalam menemukan gelombang gravitasi itu, peneliti Harvard - Smithsonian Center, hanya memindai dua persen dari seluruh hamparan alam semesta dalam waktu tiga tahun belakangan ini.


Ahli fisika dari Arizona State University, Lawrence Krauss menuturkan, kemungkinan pola gelombang cahaya yang menguak gelombang gravitasi itu bisa saja bukan tanda reaksi usai Big Bang. Namun, ia tidak memungkiri bahwa temuan gelombang gravitasi itu susah terbantahkan.


"Ini menjadi harapan terbaik kami untuk menguji langsung apakah terjadi lonjakan pertumbuhan yang sangat cepat," jelas Krauss.


Temuan baru itu diumumkan oleh sebuah kolaborasi peneliti dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, University of Minnesota, Stanford University, California Institute of Technology dan Jet Propulsion Laboratory NASA.


Pemimpin studi, John Kovac dari unsur Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menjelaskan, temuan ini akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah pekan ini. (umi)

0 komentar:

Posting Komentar

Wilujeng Sumping

 
;
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Sederhana Ini, Semoga Berkenan dan Ada Manfaatnya, bagi yang mau memasang iklan produknya di blog saya ini silahkan hubungi no HP : 085223419416, Terima Kasih dan Salam Kebahagiaan Dari Saya :)