Assalaamu'alaikum para pembaca yang budiman dimanapun anda berada, mudah-mudahan para pembaca sekarang dan seterusnya dalam keadaan sehat walaafiat, aamiin. Seperti biasa sempatkanlah membaca walau hanya 1 ayat, eh itu kalau baca Al-quran ya,he tapi bisa juga sih sebagai acuan supaya nambah ilmu nambah pahala jua, sempatkanlah 5 menit untuk MEMBACA tulisan singkat dalam blog sederhana ini. OK untuk kali ini perkenankanlah saya memposting tulisan mengenai Pantai. Ngomong-ngomong soal pantai, kami (Keluarga besar Mts Mathlabussa'adah - Tenjonagara - Cigalontang) kebetulan kemarin tanggal 9 dan 10 Juni 2014 telah melaksanakan kegiatan rekreasi ke Pantai Pangandaran yang berada di Kabupaten Pangandaran kalau dulu di Kab. Ciamis karena sudah ada pemekaran wilayah jadi Pangandaran secara administrasi dan wilayah berada di Kab. Pangandaran. Kegiatan ini dilaksanakan oleh siswa kelas IX dan guru-guru, yang alhamdulillah tanpa ada kendala yang berarti meskipun di perjalanan sempat ada perbaikan AC bus dan ganti ban, walaupun demikian namun tetap happy..:), karena cuacanya mendukung.CEraaaah...he
Ok, untuk kali saya tidak akan membahas bagaimana keceriaan dan sensasi selama kami disana, baik itu shoping, traveling, jepreting dll. Tapi untuk kali ini saya akan menyajikan mengenai sejarah singkat Pantai Pangandaran yang saat ini menjadi objek wisata yang paling diminati baik oleh kalangan turis domestik maupun mancanegara, tak akan berlama-lama lagi, selamat menikmati hidangannya...:)
Pada awalnya Desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari suku sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan. Karena di Pantai Pangandaran inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi cagar alam atau hutan lindung, tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Di sinilah para nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu yang dalam bahasa sundanya disebut andar setelah beberapa lama banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. Pangandaran berasal dari dua buah kata pangan dan daran . yang artinya pangan adalah makanan dan daran adalah pendatang. Jadi Pangandaran artinya sumber makanan para pendatang.
Ok, untuk kali saya tidak akan membahas bagaimana keceriaan dan sensasi selama kami disana, baik itu shoping, traveling, jepreting dll. Tapi untuk kali ini saya akan menyajikan mengenai sejarah singkat Pantai Pangandaran yang saat ini menjadi objek wisata yang paling diminati baik oleh kalangan turis domestik maupun mancanegara, tak akan berlama-lama lagi, selamat menikmati hidangannya...:)
Pada awalnya Desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari suku sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan. Karena di Pantai Pangandaran inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi cagar alam atau hutan lindung, tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Di sinilah para nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu yang dalam bahasa sundanya disebut andar setelah beberapa lama banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. Pangandaran berasal dari dua buah kata pangan dan daran . yang artinya pangan adalah makanan dan daran adalah pendatang. Jadi Pangandaran artinya sumber makanan para pendatang.
Lalu para sesepuh terdahulu memberi
nama Desa Pananjung, karena menurut para sesepuh terdahulu di samping
daerah itu terdapat tanjung di daerah inipun banyak sekali terdapat
keramat-keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam bahasa
sunda Pangnanjung-nanjungna ( paling subur atau paling makmur)
Pada mulanya Pananjung merupakan salah
satu pusat kerajaan, sejaman dengan kerajaan Galuh Pangauban yang
berpusat di Putrapinggan sekitar abad XIV M. setelah munculnya
kerajaan Pajajaran di Pakuan Bogor. Nama rajanya adalah Prabu
Anggalarang yang salah satu versi mengatakan bahwa beliau masih
keturunan Prabu Haur Kuning, raja pertama kerajaan Galuh Pagauban,
namun sayangnya kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para Bajo
(Bajak Laut) karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hail bumi
kepada mereka, karena pada saat itu situasi rakyat sedang dalam keadaan
paceklik (gagal panen).
Pada tahun 1922 pada jaman penjajahan Belanda oleh Y. Everen
(Presiden Priangan) Pananjung dijadikan taman baru, pada saat
melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa
ekor rusa.
Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis – jenis tanaman
langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934
Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 Ha.
Pada tahun 1961 setelah ditemukannya Bunga Raflesia padma status
berubah menjadi cagar alam.
Dengan meningkatnya hubungan masyarakat akan tempat rekreasi maka
pada tahun 1978 sebagian kawasan tersebut seluas 37, 70 Ha dijadikan
Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di
sekitarnya sebagai cagar alam laut (470,0 Ha) sehingga luas kawasan
pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000,0 Ha. Perkembangan
selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104?KPTS-II?1993
pengusahaan wisata TWA Pananjung Pangandaran
diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian
Alam kepada Perum Perhutani dalam pengawasan Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Ciamis, bagian Kemangkuan Hutan Pangandaran.
Sumber : http://www.mypangandaran.com/profil/detail/1/sejarah-pangandaran.html
Sumber : http://www.mypangandaran.com/profil/detail/1/sejarah-pangandaran.html
0 komentar:
Posting Komentar